LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
UJI SENSORIK DAN MOTORIK MENCIT (Mus musculus)
SW
Disusun
oleh :
Nama : Fifin
Nurcholis
NIM :
1211702026
Dosen : Ucu Julita M,Si
Tanggal Praktikum :
28 Oktober 2013
Tanggal
Laporan : 6 November
2013
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mencit
(Mus musculus) adalah hewan yang
masih satu kerabat dengan tikus liar ataupun tikus rumah. Mencit adalah
binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di
seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit memiliki bobot yang
rendah, sehingga sangat mudah dilakukan dalam percobaan laboratorium yang
merupakan skala kecil. Mencit memiliki perilaku yang unik dalam hal sensorik
dan motoriknya. Motorik adalah semua gerakan tubuh, termasuk alam pengertian
motorik adalah gerak internal tidak teramati yang berawal dari penangkapan
stimulus oleh indra, penyampaian stimulus tersebut oleh susunan syaraf sensorik
ke bagian memori (otak), pembuatan keputusan dan penyampaian keputusan tersebut
ke otot oleh susunan syaraf motorik. Uji sensorik ini merupakan uji yang dapat
melihat mencit yang mengalami kegagalan proses saat embriologi atau tidak, sedangkan
uji motorik dapat melihat perilaku mencit dalam mempertahankan tubuhnya dari
serangan yang akan mengganggu dirinya. Selain itu pula, mencit dapat melakukan lokomosi
yang sangat aktif dan khas.
1.2 Tujuan
- Melakukan
uji sensorik penciuman (‘olfactory avoidance test’) pada mencit.
- Melakukan
uji motorik yang meliputi kemampuan refleks membalikkan badan, menghindari
jurang, geotaksis nagatif, pola perilaku lokomosi, dan uji kemampuan berenang.
1.3 Hipotesis
Mencit akan memperlihatkan bagaimana respon
dari sensoriknya melalui uji penciuman. Karena mencit merupakan hewan mamalia
yang memiliki indera penciuman normal. Akan terlihat bagaimana respon mencit
menghindari bahaya dengan uji motoric kemampuan gerak refleks dan lokomosi berenang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Mencit
merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan. Hewan ini paling
kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih.Mencit
termasuk hewan pengerat (rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak. Pemeliharaan
hewan ini pun relatif mudah, walaupun dalam jumlah yang banyak. Pemeliharaannya
ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Mencit memiliki variasi
genetik cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan
baik (Malole dan Pramono 1989 dalam Agustiyanti, 2008).
Menurut
Arrington (1972) dan Priambodo (1995) dalam Agus Pribadi (2008), mencit dan
tikus masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae. Dan
Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium
dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Menurut Moriwaki et al . (1994) dalam Agus
Pribadi (2008), mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya
digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan
seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi
sifat sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik
reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi.
Menurut
Malole dan Pramono (1989) dalam Agus Pribadi (2008), berbagai keunggulan mencit
seperti : cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya
tinggi dan sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Tikus
merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi manusia untuk
tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik. Tikus yang banyak digunakan sebagai
hewan model laboratorium dan peliharaan adalah tikus putih (Rattusnovergicus). Tikus putih memiliki
beberapa keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena
tubuhnya kecil, sehat dan bersih, kemampuan reproduksi tinggi dengan masa
kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik produksi dan reproduksi yang mirip dengan
mamalia lainnya (Malole dan Pramono,1989 dalam Agus Pribadi 2008).
Sistem
saraf berfungsi untuk menerima rangsangan, menghantarkannya dan
mengintegrasikannya untuk selanjutnya mengaktifkan efektor kedalam koordinasi
rangsang. Otak sebagai salah satu pusat sistem saraf juga merupakan pusat
intlektual, kemauan dan kesadaran (Cartono, 2004).
Struktur sistem saraf
, Sistem saraf disusun oleh tiga bagian utama, yaitu :
a)
Sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
b)
Sistem saraf tepi
c)
Sistem saraf otonom (Cartono, 2004)
Sel saraf atau Neuron,
Sel saraf atau neuron merupakan unit struktural yang membangun sistem saraf.
Neuron dibangun oleh bagian-bagian berikut :
a)
Badan
sel atau prokarion, merupakan pusat tropik untuk seluruh sel saraf tersebut dan
dapat menerima rangsang. Didalamnya terdapat inti berukuran cukup besar
(berjumlah satu atau dua), neurofibril, bada Nissl, badan golgi, mitokondria,
serta bdan-badan paraplasma (Darmadi, 2005).
b)
Dendrit,
merupakan uluran-uluran sitoplasma dengan jumlah yang banyak, berperan
menangkap rangsang dari lingkungan, dari sel epitel sensoris atau darii neuron
lain (Darmadi, 2005).
c)
Akson,
merupakan uluran sitoplasma tunggal dan panjang, berperan untuk membangkitkan
dan menghantarkan impuls ke sel lain (sel saraf, otot atau kelenjar) (Darmadi,
2005).
Berdasarkan
fungsinya, neuron dibedakan atas :
1)
Neuron
motoris, Berfungsi menghantarkan impuls aau tanggapan dari sistem saraf pusat
ke otot-otot atau efektor lainnya. Neuron ini biasanya mempunyai akson yang
panjang dan ditutupi oleh pembungkus mielin (myelin) dan neurilemna (Cartono,
2004).
2)
Neuron
sensoris, Dendritnya dapat hanya satu danmemanjang. Berfungsi menghantarkan
rangsang dari reseptor atau penerima ke pusat susunan saraf (Cartono, 2004).
3)
Neuron
konektor, Neuron yang memiliki dendrit maupun akson yang dihubungkan dengan
neuron yang satu dengan neuron yang lainnya. Jadi neuron ini merupakan
penghubung antar neuron (Cartono, 2004).
4)
Neuron
adjustor, Merupakan penghubung neuron-neuron motoris dan neuron-meuron sensoris
didalam sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sering pula
dikatakan sistem saraf pusat adalah neuron asosiasi atau neuron penghubung yang
berfungsi sebagai penghubung. Neuron ini sangat banyak memiliki tonjolan
(Cartono, 2004).
BAB
III
METODE
KERJA
3.1
Alat dan Bahan
·
Aquarium :
sebagai alat penguji lokomosi berenang
·
Bidang miring (steroform) : alat uji motorik
(gerak refleks) membalikkan badan, menghindari jurang, geotaksis refleks.
·
Stopwatch : alat penghitung
·
Kandang mencit : tempat sementara mencit selama
praktikum
·
Mencit : sebagai specimen uji
·
Air hangat : bahan uji lokomosi berenang
·
Pakan mencit : asupan makanan
·
Spidol : penanda mencit satu dengan yang lain
3.2 Cara Kerja
Ø Sebelum
melakukan pengujian, semua mencit diberi penandaan terlebih dahulu pada
tubuhnya dengan menggunakan asam pikrat agar memudahkan identifikasi individu
setiap kelompok.
Ø Uji
sensorik →Uji penciuman (olfactory avoidance test)
Pengujian sensorik biasanya dilakukan
pada mencit pascalahir untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak
mencit pada masa pralahir. Pengujian dilakukan masing-masing satu kali dengan
mendekatkan anak mencit pada jarak dekat (5 cm) dari cotton bud yang sebelumnya
telah dicelupkan ke dalam:
a) Pakan mencit yang telah dihancurkan.
b) NH4OH pekat (ammonia).
c) Minyak kayu putih.
d) Parfum.
Mencit yang tidak
bereaksi dari bau dinyatakan berpenciuman netral (0), menghindar dari bau-bauan
tersebut dinyatakan berpenciuman positif (+), dan mendekat pada bau dinyatakan
berpenciuman negatif (-).
Ø Uji
motorik
a)
Uji kemampuan refleks
motorik membalikkan badan (surface righting reflex). Mencit diletakkan di tempat
meja datar dengan posisi terlentang dengan punggung rapat pada permukaan meja,
ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan mencit untuk
dapat membalikkan tubuh hingga keempat kakinya tegak di atas meja. Lakukanlah
uji tersebut berturut-turut hingga 3 kali dan hitung rata-rata pembalikkan
badannya.
b) Uji
kemampuan refleks menghindari jurang (Cliff avoidance reflex)
Mencit diletakkan dengan posisi ujung jari
kaki depan dan mulut sejajar dengan tepi meja, ditahan sebentar kemudian
dilepas. Catat waktu yang diperlukan hingga mencit mampu memutar badannya dan
menjauhi tepi meja. Lakukanlah uji tersebut berturut-turut hingga tiga kali dan
hitung rata-rata waktunya!
c)
Uji kemampuan refleks
geotaksis negatif (negative geotaxis reflex)
Pada bidang miring 25o,
mencit diletakkan dengan kepala mengarah ke bawah dan tubuh sejajar garis
vertikal, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan hingga
mencit mampu memutar tubuhnya 180o. lakukanlah uji tersebut tiga
kali perturut-turut dan hitung rata-rata waktu hingga mencit memutar tubuhnya!
Ø Uji motorik -> Lokomosi hewan vertebrata (mencit)
a.
Lokomosi berenag
Isi akuarium dengan air hangat
(27-30oC) dengan tinggi air sekitar 6-7 cm. Jatuhkanlah mencit di sisi ujung
akuarium dan amati pergerakan mencit di dalam akuarium tersebut! Biarkan mencit
berenang selama mungkin dan lakukanlah pencatatan nilai gerakan mencit (Gambar
5), untuk :
1) Skor arah berenang
2) Skor sudut berenang
3) Skor penggunaan anggota badan
Arah berenang, penilaian :
Skor 0 : Tenggelam
1 : Terapung
2 : Berputar-putar
3 : Lurus
Sudut berenang, penilaian :
Skor 0 : Kepala dan tubuh di bawah permukaan air
1 : Permukaan kepala dan sebagian hidung berada di atas
permukaan air
2 : Bagian kepala sebatas mata di atas permukaan air
3 : Bagian kepala, mata dan setengah telinga berada di atas
permukaan air
4 : Kepala dan seluruh telingan ada di atas permukaan air
Penggunaan anggota gerak, penilaian :
Skor 0 : Tidak menggunakan anggota gerak
1 : Menggunakan keempat anggota gerak
2 : Menggunakan kedua kaki depan saja
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
v Uji
sensorik →Uji penciuman (olfactory avoidance test)
Dari
data diatas terlihat bahwa respon mencit terhadap pakannya sendiri tidak
terlalu menyimpang. Karena respon negatif sekitar 54% yang berarti mendekati
pakan tersebut. Respon positif 35% dan netral 11%. Jika diamati kemungkinan
mencit yang mendekati pakannya sedang lapar dan ingin makan, ia respon terhadap
hal yang selama ini menjadi sesuatu yang tidak asing baginya. Hal ini dapat disebabkan
karena sinyal yang diterima syaraf pusat ketika mecit itu mencium pakannya dan
terdapatnya stimulus untuk mendekati makanan tersebut. Sedangkan mencit yang
menjauhinya kemungkinan sudah kenyang atau mungkin malah stress, karena
terlihat dari keluar urin pada saat praktikum yang menandakan bahwa ia stress. Begitu
juga dengan mencit yang netral, kemungkinan dia stress atau ia terbiasaa
memakan makanan yang lain selain yang kita beri. Sehingga disaat kita membernya
pakan ia sama sekali tidak merespon. Atau mungkin penenrimaaan sinyal syaraf
pusat sedang tidak baik sehingga ia tidak dapat merespon pakannya.
Dari
data menggunakan bahan HCl, minyak kayu putih dan parfume. Didapat bahwa
menggunakan parfum 69% positif, 11% negatif dan 20% netral. Menggunakan minyak
kayu putih 80% positif, 18% negatif dan 2% netral. Menggunakan HCl 83% positif,
8% negatif dan 9% netral. Dari hasil ketiga bahan diatas didapat bahwa ternyata
hampir semua mencit memiliki respon sama yaitu menghindari ketiga bahan ini. Karena
mungkin respon yang mencit dapat bahwa bahan tersebut berbahaya untuknya dan
merugikan dirinya. Selain itu karena baunya yang sangat menyengat membuat
mencit-mencit menjadi pusing dan menghindarinya. Sama halnya dengan manusia,
manusia akan menjauhi bahan-bahan menyengat yang membuatnya pusing.
Parameter
|
Refleks
membalikkan badan
(suface
righting reflex)
|
Refleks
menghindari jurang
(cliff
avoidance reflex)
|
Refleks
geotaksis negatif
(negative
geotaxis reflex)
|
Rata-rata Waktu (s)
|
0.46”
|
27.583”
|
14.382"
|
Tabel
hasil uji motorik gerak refleks pada mencit jantan
Uji
sensorik yang kedua adalah uji gerak refleks mencit. Hasil yang ditunjukkan
diatas terlihat bahwa pada saat uji membalikkan badan mencit sangat cepat
responnya. Terbukti bahwa saraf dari mencit ini masih dalam keadaan normal, dan
masih bisa menerima sinyal dengan baik. Sinyal yang menunjukkan adanya bahaya
didepannya. Yang kedua adalah uji refleks menghindari jurang terlihat begitu
lama ia merespon keadaannya pada saat itu. Karena pada saat itu terlihat
mencit-mencit ini melihat keadaan sekitarnya terlebih dahulu sebelum kemudian
membalikkan badanya. Bisa jadi ia stress atau mungkin mencit ini menganggap
bahwa keadaannya tidak berbahaya. Yang ketiga adalah uji refleks geotaksis,
pada uji ini terlihat respon dari mencit yang begitu lama. Hal ini dikarenakan
pada saat praktikum kami meletakkan bidang miring diatas meja dan mencit
tersebut lama untuk membalikkan badannya karena dianggapnya keadaan tidak
berbahaya karena dibawah bidang miring masih ada daratan. Tapi setelah kami
mencoba lagi dan langsung dihadapkan pada jurang ia pun merespon untuk berbalik
tapi memang lumayan lama. Kemungkinan mencit ini stress atau mencit sudah sulit
untuk menerima sinyalnya dengan baik.
v Uji
motorik
Berdasarkan
diagram diatas terlihat bahwa lokomosi arah berenang pada mencit yang lebih
dominan adalah lurus. Pada lokomosi sudut berenang yang lebih dominan adalah Kepala
dan seluruh telingan ada di atas permukaan air. Sedangkan pada lokomosi penggunaan anggota gerak yang lebih dominan
adalah Menggunakan
keempat anggota gerak. Dari hampir
beberapa kelompok data yang didapatkan hampir sama. Entah mungkin semua mencit
memiliki respon yang sama ketika ada bahaya didalam air atau mungkin faktor
lain. Hal ini menunjukkan sinyal baik yang didapat mencit saat menerima bahaya
yang ada di air cukup baik.
BAB
V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari
apa yang kami ujikan adalah hampir semua mencit merespon keadaan bahaya yang
ada disekitarnya. Walaupun tidak sedikit mencit yang sama sekali tidak merespon
karena mungkin stress ataupun karena penerimaan sinyal yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cartono,
M. P., M. T. 2004. Biologi Umum.
Bandung : Prisma Press.
Goenarso,
Darmadi, dkk. 2005. Fisiologi hewan.
Jakarta : Universitas Terbuka
Malole
MBM dan CSU Pramono. 1989. Penggunaan
Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dalam Agustiyani, D.A. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan Obat
antimalarial quassia indica terhadap Toksikopatologi organ hati dan ginjal
mencit (mus musculus). Skripsi. Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi
FakultasKedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Priambodo,
S. 1995. Pengendalian Tikus Terpadu.
Seri PHT. Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikussebagai hewan
model penelitian nikotin. Skripsi. Program studi teknologi produksi ternak
fakultas peternakan IPB. Bogor.