Rabu, 04 Desember 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
UJI SENSORIK DAN MOTORIK MENCIT (Mus musculus) SW

Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Logo UIN Bandung.png

Disusun oleh :
                                       Nama                                    : Fifin Nurcholis
                                       NIM                                     : 1211702026
Dosen                                   : Ucu Julita M,Si
                                       Tanggal Praktikum               : 28 Oktober 2013 
Tanggal Laporan                  : 6 November 2013

                                      
                                                
      JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mencit (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar ataupun tikus rumah. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit memiliki bobot yang rendah, sehingga sangat mudah dilakukan dalam percobaan laboratorium yang merupakan skala kecil. Mencit memiliki perilaku yang unik dalam hal sensorik dan motoriknya. Motorik adalah semua gerakan tubuh, termasuk alam pengertian motorik adalah gerak internal tidak teramati yang berawal dari penangkapan stimulus oleh indra, penyampaian stimulus tersebut oleh susunan syaraf sensorik ke bagian memori (otak), pembuatan keputusan dan penyampaian keputusan tersebut ke otot oleh susunan syaraf motorik. Uji sensorik ini merupakan uji yang dapat melihat mencit yang mengalami kegagalan proses saat embriologi atau tidak, sedangkan uji motorik dapat melihat perilaku mencit dalam mempertahankan tubuhnya dari serangan yang akan mengganggu dirinya. Selain itu pula, mencit dapat melakukan lokomosi yang sangat aktif dan khas.

1.2  Tujuan
-       Melakukan uji sensorik penciuman (‘olfactory avoidance test’) pada mencit.
-       Melakukan uji motorik yang meliputi kemampuan refleks membalikkan badan, menghindari jurang, geotaksis nagatif, pola perilaku lokomosi, dan uji kemampuan berenang.
1.3  Hipotesis
Mencit akan memperlihatkan bagaimana respon dari sensoriknya melalui uji penciuman. Karena mencit merupakan hewan mamalia yang memiliki indera penciuman normal. Akan terlihat bagaimana respon mencit menghindari bahaya dengan uji motoric kemampuan gerak refleks dan lokomosi berenang.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih.Mencit termasuk hewan pengerat (rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak. Pemeliharaan hewan ini pun relatif mudah, walaupun dalam jumlah yang banyak. Pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Mencit memiliki variasi genetik cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Malole dan Pramono 1989 dalam Agustiyanti, 2008).
Menurut Arrington (1972) dan Priambodo (1995) dalam Agus Pribadi (2008), mencit dan tikus masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae. Dan Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Menurut Moriwaki et al . (1994) dalam Agus Pribadi (2008), mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi.
Menurut Malole dan Pramono (1989) dalam Agus Pribadi (2008), berbagai keunggulan mencit seperti : cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik. Tikus yang banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dan peliharaan adalah tikus putih (Rattusnovergicus). Tikus putih memiliki beberapa keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih, kemampuan reproduksi tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik  produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan Pramono,1989 dalam Agus Pribadi 2008).
Sistem saraf berfungsi untuk menerima rangsangan, menghantarkannya dan mengintegrasikannya untuk selanjutnya mengaktifkan efektor kedalam koordinasi rangsang. Otak sebagai salah satu pusat sistem saraf juga merupakan pusat intlektual, kemauan dan kesadaran (Cartono, 2004).
Struktur sistem saraf , Sistem saraf disusun oleh tiga bagian utama, yaitu :
a) Sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
b) Sistem saraf tepi
c) Sistem saraf otonom (Cartono, 2004)
Sel saraf atau Neuron, Sel saraf atau neuron merupakan unit struktural yang membangun sistem saraf. Neuron dibangun oleh bagian-bagian berikut :
a)      Badan sel atau prokarion, merupakan pusat tropik untuk seluruh sel saraf tersebut dan dapat menerima rangsang. Didalamnya terdapat inti berukuran cukup besar (berjumlah satu atau dua), neurofibril, bada Nissl, badan golgi, mitokondria, serta bdan-badan paraplasma (Darmadi, 2005).
b)      Dendrit, merupakan uluran-uluran sitoplasma dengan jumlah yang banyak, berperan menangkap rangsang dari lingkungan, dari sel epitel sensoris atau darii neuron lain (Darmadi, 2005).
c)      Akson, merupakan uluran sitoplasma tunggal dan panjang, berperan untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls ke sel lain (sel saraf, otot atau kelenjar) (Darmadi, 2005).
Berdasarkan fungsinya, neuron dibedakan atas :
1)      Neuron motoris, Berfungsi menghantarkan impuls aau tanggapan dari sistem saraf pusat ke otot-otot atau efektor lainnya. Neuron ini biasanya mempunyai akson yang panjang dan ditutupi oleh pembungkus mielin (myelin) dan neurilemna (Cartono, 2004).
2)      Neuron sensoris, Dendritnya dapat hanya satu danmemanjang. Berfungsi menghantarkan rangsang dari reseptor atau penerima ke pusat susunan saraf (Cartono, 2004).
3)      Neuron konektor, Neuron yang memiliki dendrit maupun akson yang dihubungkan dengan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya. Jadi neuron ini merupakan penghubung antar neuron (Cartono, 2004).
4)      Neuron adjustor, Merupakan penghubung neuron-neuron motoris dan neuron-meuron sensoris didalam sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sering pula dikatakan sistem saraf pusat adalah neuron asosiasi atau neuron penghubung yang berfungsi sebagai penghubung. Neuron ini sangat banyak memiliki tonjolan (Cartono, 2004).

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
·       Aquarium : sebagai alat penguji lokomosi berenang
·         Bidang miring (steroform) : alat uji motorik (gerak refleks) membalikkan badan, menghindari jurang, geotaksis refleks.
·         Stopwatch : alat penghitung
·         Kandang mencit : tempat sementara mencit selama praktikum
·         Mencit : sebagai specimen uji
·         Air hangat : bahan uji lokomosi berenang
·         Pakan mencit : asupan makanan
·         Spidol : penanda mencit satu dengan yang lain

3.2  Cara Kerja
Ø Sebelum melakukan pengujian, semua mencit diberi penandaan terlebih dahulu pada tubuhnya dengan menggunakan asam pikrat agar memudahkan identifikasi individu setiap kelompok.
Ø Uji sensorik →Uji penciuman (olfactory avoidance test)
Pengujian sensorik biasanya dilakukan pada mencit pascalahir untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak mencit pada masa pralahir. Pengujian dilakukan masing-masing satu kali dengan mendekatkan anak mencit pada jarak dekat (5 cm) dari cotton bud yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam:
a) Pakan mencit yang telah dihancurkan.
b) NH4OH pekat (ammonia).
c) Minyak kayu putih.
d) Parfum.
Mencit yang tidak bereaksi dari bau dinyatakan berpenciuman netral (0), menghindar dari bau-bauan tersebut dinyatakan berpenciuman positif (+), dan mendekat pada bau dinyatakan berpenciuman negatif (-).


Ø Uji motorik
a)         Uji kemampuan refleks motorik membalikkan badan (surface righting reflex). Mencit diletakkan di tempat meja datar dengan posisi terlentang dengan punggung rapat pada permukaan meja, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan mencit untuk dapat membalikkan tubuh hingga keempat kakinya tegak di atas meja. Lakukanlah uji tersebut berturut-turut hingga 3 kali dan hitung rata-rata pembalikkan badannya.
b)      Uji kemampuan refleks menghindari jurang (Cliff avoidance reflex)
Mencit diletakkan dengan posisi ujung jari kaki depan dan mulut sejajar dengan tepi meja, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan hingga mencit mampu memutar badannya dan menjauhi tepi meja. Lakukanlah uji tersebut berturut-turut hingga tiga kali dan hitung rata-rata waktunya!
c)      Uji kemampuan refleks geotaksis negatif (negative geotaxis reflex)
Pada bidang miring 25o, mencit diletakkan dengan kepala mengarah ke bawah dan tubuh sejajar garis vertikal, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan hingga mencit mampu memutar tubuhnya 180o. lakukanlah uji tersebut tiga kali perturut-turut dan hitung rata-rata waktu hingga mencit memutar tubuhnya!
Ø  Uji motorik -> Lokomosi hewan vertebrata (mencit)
a.       Lokomosi berenag
      Isi akuarium dengan air hangat (27-30oC) dengan tinggi air sekitar 6-7 cm. Jatuhkanlah mencit di sisi ujung akuarium dan amati pergerakan mencit di dalam akuarium tersebut! Biarkan mencit berenang selama mungkin dan lakukanlah pencatatan nilai gerakan mencit (Gambar 5), untuk :
1) Skor arah berenang
2) Skor sudut berenang
3) Skor penggunaan anggota badan
*      Arah berenang, penilaian :
Skor 0 : Tenggelam
1 : Terapung
2 : Berputar-putar
3 : Lurus
*      Sudut berenang, penilaian :
Skor 0 : Kepala dan tubuh di bawah permukaan air
1 : Permukaan kepala dan sebagian hidung berada di atas permukaan air
2 : Bagian kepala sebatas mata di atas permukaan air
3 : Bagian kepala, mata dan setengah telinga berada di atas permukaan air
4 : Kepala dan seluruh telingan ada di atas permukaan air
*      Penggunaan anggota gerak, penilaian :
Skor 0 : Tidak menggunakan anggota gerak
1 : Menggunakan keempat anggota gerak
2 : Menggunakan kedua kaki depan saja



BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
v  Uji sensorik →Uji penciuman (olfactory avoidance test)
 
  
Dari data diatas terlihat bahwa respon mencit terhadap pakannya sendiri tidak terlalu menyimpang. Karena respon negatif sekitar 54% yang berarti mendekati pakan tersebut. Respon positif 35% dan netral 11%. Jika diamati kemungkinan mencit yang mendekati pakannya sedang lapar dan ingin makan, ia respon terhadap hal yang selama ini menjadi sesuatu yang tidak asing baginya. Hal ini dapat disebabkan karena sinyal yang diterima syaraf pusat ketika mecit itu mencium pakannya dan terdapatnya stimulus untuk mendekati makanan tersebut. Sedangkan mencit yang menjauhinya kemungkinan sudah kenyang atau mungkin malah stress, karena terlihat dari keluar urin pada saat praktikum yang menandakan bahwa ia stress. Begitu juga dengan mencit yang netral, kemungkinan dia stress atau ia terbiasaa memakan makanan yang lain selain yang kita beri. Sehingga disaat kita membernya pakan ia sama sekali tidak merespon. Atau mungkin penenrimaaan sinyal syaraf pusat sedang tidak baik sehingga ia tidak dapat merespon pakannya.
Dari data menggunakan bahan HCl, minyak kayu putih dan parfume. Didapat bahwa menggunakan parfum 69% positif, 11% negatif dan 20% netral. Menggunakan minyak kayu putih 80% positif, 18% negatif dan 2% netral. Menggunakan HCl 83% positif, 8% negatif dan 9% netral. Dari hasil ketiga bahan diatas didapat bahwa ternyata hampir semua mencit memiliki respon sama yaitu menghindari ketiga bahan ini. Karena mungkin respon yang mencit dapat bahwa bahan tersebut berbahaya untuknya dan merugikan dirinya. Selain itu karena baunya yang sangat menyengat membuat mencit-mencit menjadi pusing dan menghindarinya. Sama halnya dengan manusia, manusia akan menjauhi bahan-bahan menyengat yang membuatnya pusing.
Parameter
Refleks membalikkan badan
(suface righting reflex)
Refleks menghindari jurang
(cliff avoidance reflex)
Refleks geotaksis negatif
(negative geotaxis reflex)
Rata-rata Waktu (s)
0.46”
27.583”
14.382"

Tabel hasil uji motorik gerak refleks pada mencit jantan
Uji sensorik yang kedua adalah uji gerak refleks mencit. Hasil yang ditunjukkan diatas terlihat bahwa pada saat uji membalikkan badan mencit sangat cepat responnya. Terbukti bahwa saraf dari mencit ini masih dalam keadaan normal, dan masih bisa menerima sinyal dengan baik. Sinyal yang menunjukkan adanya bahaya didepannya. Yang kedua adalah uji refleks menghindari jurang terlihat begitu lama ia merespon keadaannya pada saat itu. Karena pada saat itu terlihat mencit-mencit ini melihat keadaan sekitarnya terlebih dahulu sebelum kemudian membalikkan badanya. Bisa jadi ia stress atau mungkin mencit ini menganggap bahwa keadaannya tidak berbahaya. Yang ketiga adalah uji refleks geotaksis, pada uji ini terlihat respon dari mencit yang begitu lama. Hal ini dikarenakan pada saat praktikum kami meletakkan bidang miring diatas meja dan mencit tersebut lama untuk membalikkan badannya karena dianggapnya keadaan tidak berbahaya karena dibawah bidang miring masih ada daratan. Tapi setelah kami mencoba lagi dan langsung dihadapkan pada jurang ia pun merespon untuk berbalik tapi memang lumayan lama. Kemungkinan mencit ini stress atau mencit sudah sulit untuk menerima sinyalnya dengan baik.
v  Uji motorik
                          
     Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa lokomosi arah berenang pada mencit yang lebih dominan adalah lurus. Pada lokomosi sudut berenang yang lebih dominan adalah Kepala dan seluruh telingan ada di atas permukaan air. Sedangkan pada lokomosi penggunaan anggota gerak yang lebih dominan adalah Menggunakan keempat anggota gerak. Dari hampir beberapa kelompok data yang didapatkan hampir sama. Entah mungkin semua mencit memiliki respon yang sama ketika ada bahaya didalam air atau mungkin faktor lain. Hal ini menunjukkan sinyal baik yang didapat mencit saat menerima bahaya yang ada di air cukup baik.

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari apa yang kami ujikan adalah hampir semua mencit merespon keadaan bahaya yang ada disekitarnya. Walaupun tidak sedikit mencit yang sama sekali tidak merespon karena mungkin stress ataupun karena penerimaan sinyal yang kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Cartono, M. P., M. T. 2004. Biologi Umum. Bandung : Prisma Press.
Goenarso, Darmadi, dkk. 2005. Fisiologi hewan. Jakarta : Universitas Terbuka
Malole MBM dan CSU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dalam Agustiyani, D.A. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan Obat antimalarial quassia indica terhadap Toksikopatologi organ hati dan ginjal mencit (mus musculus). Skripsi. Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi FakultasKedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Priambodo, S. 1995. Pengendalian Tikus Terpadu. Seri PHT. Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikussebagai hewan model penelitian nikotin. Skripsi. Program studi teknologi produksi ternak fakultas peternakan IPB. Bogor.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar