Sabtu, 23 November 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU
UJI MEMORI MENCIT (Mus musculus) SW

Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Logo UIN Bandung.png

Disusun oleh :
                                       Nama                                    : Fifin Nurcholis
                                       NIM                                     : 1211702026
Dosen                                   : Ucu Julita M,Si
Asisten                                  : Dewi Yulinda
                                       Tanggal Praktikum                 : 13 November 2013 
Tanggal Laporan                    : 21 November 2013


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mencit (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan mencit liar ataupun mencit rumah. Mencit ini tersebar diseluruh dunia. Mencit ini sering ditemukan didekat bangunan gedung ataupun ditempat lain, jika terdapat makanan dan tempat berlindung (Amori, 1996).
Kognisi merupakan sifat mengingat dari hewan, kognisi dari hewan biasanya berasal dari pengalaman dan pengulangan ingatan (Saragi, 2001). Fungsi kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses belajar, mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Herlina, 2010).
Learning and memory merupakan proses yang kompleks yang melibatkan banyak area di sistem saraf pusat, termasuk sistim limbik. Formasio hippocampi merupakan bagian yang esensial untuk menyimpan informasi yang baru saja didapat. Learning secara sederhana mengacu kepada akuisisi pengetahuan baru atau informasi baru. Memory mengacu pada proses dimana informasi yang baru saja didapatkan itu disimpan dan dipergunakan untuk kegunaan yang akan datang (Nowakowski, 1999).

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum uji memori mencit ini adalah untuk mengamati serta mengetahui proses belajar dan memori yang diperlihatkan oleh mencit melalui maze learning.

1.3  Hipotesis
Mencit dapat mengingat apa yang sebelumnya ia lewati dan mengulangnya kembali dengan baik. Juga mencit dapat memperlihatkan proses belajar dengan uji  Maze learning test battery (ukuran 50x50 cm2) dan Water E maze battery.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mencit (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan mencit liar ataupun mencit rumah. Mencit ini tersebar diseluruh dunia. Mencit ini sering ditemukan didekat bangunan gedung ataupun ditempat lain, jika terdapat makanan dan tempat berlindung (Amori, 1996).
   Kognisi merupakan sifat mengingat dari hewan, kognisi dari hewan biasanya berasal dari pengalaman dan pengulangan ingatan (Saragi, 2001). Fungsi kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses belajar, mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Herlina, 2010).
Gangguan fungsi kognitif adalah suatu gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual. Gangguan fungsi kognitif adalah suatu gangguan ke arah demensia yang diperlihatkan dengan adanya gangguan berhitung, bahasa, daya ingat semantic (kata-kata), dan pemecahan masalah (problem solving). Gangguan fungsi kognitif untuk jangka panjang jika tidak dilakukan pananganan yang optimal akan meningkatkan insidensi demensia. Gangguan fungsi kognitif dapat ditingkatkan oleh obat-obatan yaitu : obat nootropika (seperti pirasetam, piritinol, Ginkgo biloba dan Centella asiatica yang sudah diteliti oleh Gupta dapat meningkatkan fungsi kognitif) dan antioksidan yang berfungsi untuk memelihara sel-sel saraf atau neuron yang rusak, contohnya Ginkgo biloba, mineral, magnesium dan kalsium.
Ingatan adalah kemampuan untuk menghubungkan pengalaman yang telah lalu, yang telah melekat pada jiwa individu dan direproduksi pada masa sekarang. Secara lebih sederhana, Irwanto (1991) mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi dimasa mendatang. Secara fisiologis ingatan adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai aktivitas neural berikutnya. Perubahan ini kemudian membentuk jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasanneural otak. Jaras-jaras ini penting karena begitu ia menetap atau ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan.
            Fungsi dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang di pelajari atau di persepsi. Problem yang berkaitan dengan fungsi ini bagaimana agar yang telah di pelajari atau di masukkan dapat di simpan dengan baik sehingga waktu di butuhkan dapat di timbulkan. Seperti setiap proses belajar meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam otak dan traces ini di simpann dalam ingatan pada sewaktu-waktu bisa di timbulkan kembali. Jejak-jejak ini di sebut sebagai memory traces. Sekalipun memori traces mengingat pernah di pelajari tidak berarti memory traces ini tetap tinggal dengan baik dan sewaktu-waktu bisa hilang. Hal ini menyebabkan kelupaan. Selain memory traces dapat hilang, ia juga dapat berubah tidak seperti semula (Bimo, Hal : 148).
            Fungsi lainnya dari ingatan ialah menimbulkan kembali hal yang telah disimpan dalam ingatan, dalam menimbulkan kembali ingatan ditempuh dengan mengingat kembali (to recall), dan mengenal kembali (to recognize). Dalam hal mengingat kembali, makhluk hidup dapat mengingat tanpa di bantu adanya objek untuk dapat di ingat kembali, jadi dalam hal mengingat kembali orang tidak di bantu oleh objek. Dan pada mengenal kembali makhluk hidup dapat menimbulkan apa yang diingat atau dipelajari dengan bantuan adanya objek, yang perlu diingat dalam mengenal kembali adalah memerlukan objek. Oleh karena itu, sering di kemukakan bahwa mengenal kembali lebih mudah daripada mengingat kembali (Abu, 2009).
            Proses mengingat meliputi tiga langkah, yaitu (1) registration, yaitu informasi yang diterima diubah dalam bentuk kode penyimpanan pada bagian ingatan jangka pendek, (2) storage, yaitu penyimpanan ingatan dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang, dan (3) recall, yaitu mengenali atau memanggil kembali informasi yang dibutuhkan dalam pencarian informasi. Sehingga untuk mengingat sesuatu seseorang harus berhasil melaksanakan tiga hal, yaitu (1) mendapatkan informasi, (2) menyimpan atau menahan informasi tersebut, dan (3) mengeluarkannya. Ingatan tidak disimpai pada daerah atau struktur tertentu di dalam otak, melainkan di simpan di banyak daerah dan struktur otak. Ingatan kelihatannya juga didistribusikan secara berlebihan di daerah korteks.
           
BAB III
METODE KERJA
3.1  Alat dan Bahan
Dalam praktikum kali ini kami menggunakan Mencit (Mus musculus) strain SW sebagai sampel ujinya. Dengan menggunakan Maze learning test battery (ukuran 50x50 cm2) dan Water E maze battery sebagai alat pengujinya. Lalu kami memakai stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dan juga pakan mencit sebagai bahan pemancing mencit dalam uji labirin maze atau maze learning test battery, kandang mencit sebagai tempay mencit sementara dan lap bersih untuk mengelap.

3.2  Cara Kerja
1. Uji Maze learning test battery
·  Pakan mencit diletakkan di sudut maze yang ditetapkaan sebagai sasaran (goal).
·  Mencit dilepaskan dari titik start.
·  Waktu yang diperlukan (durasi) dan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh tikus untuk mencapai sasaran dicatat.
·  Tiap pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untukk setiap mencit secara berturut-turut tanpa istirahat.
Jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam maze learning test battery (Gambar 1) pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi :
*   Kesalahan seleksi (S) → arah gerak yang berlawanan dengan sasaran, tetapi tidak sampai masuk ke dekat pintu hambatan.
*   Kesalahan zonasi (Z) → arah gerak yang masuk ke dekat pintu hambatan yang berlawanan dengan letak pintu terbuka.
*   Kesalahan backing (B) → arah gerak yang membalik lagi dari arah yang sudah benar atau masuk kembali ke dekat pintu start.
*   Selanjutnya, kesalahan total dihitung, yaitu jumlah dari ketiga jenis kesalahan (S+B+Z). Jika yang diukur adalah satu kelompok pengujian, maka dihitung rata-rata kesalahan total yang dilakukan dan rata-rata pencapaian sasaran (durasi) dari semua mencit di kelompok tersebut.

2. Uji Water E Maze Battery
·      Tangga sasaran diletakkan pada ujung parit sebelah kanan maze yang ditetapkan sebagai sasaran (goal)
·      Mencit dilepaskan dari titik start atau mulai (M)
·      Waktu yang diperlukan (durasi) dan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh mencit untuk mencapai sasaran dicatat
·      Tiap pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untukk setiap mencit secara berturut-turut tanpa istirahat
Jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam water E maze battery (Gambar 2) pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi :
*   Kesalahan seleksi (S) à arak gerak yang berlawanan dengan sasaran, tetapi tidak sampai masuk ke dekat pintu hambatan
*   Kesalahan zonasi (Z) à arah gerak yang masuk ke dalam jalur hambatan yang berlawanan dengan letak sasaran (goal)
*   Kesalahan backing (B) à arah gerak yang membalik lagi dari arah yang sudah benar atau masuk kembali ke dekat pintu start


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
            Pada praktikum kali ini kami menggunakan 2 faktor penguji untuk menguji memori dan proses belajar pada mencit. Uji pertama yang kami lakukan adalah uji labirin pada mencit untuk menemukan makanannya dan kembali lagi untuk mengingat dimana letak makanannya sebelumnya. Dan juga melihat seberapa lama ia dapat menemukan makanannya dengan tidak melakukan kesalahan.
            Berdasarkan data grafik diatas menunjukkan bahwa pada ulangan ke-1 mencit masih sangat banyak mengalami kesalahan dalam menemukan dimana letak makanannya. Kemungkinan ini bisa saja terjadi karena sang mencit tidak belajar sebelumnya. Pada ulangan ke-2 terlihat bahwa kesalahan yang dialami oleh mencit lebih baik dari sebelumnya, mungkin ini terjadi karena sebelumnya mencit tersebut sudah mengalami proses belajar sehingga ia tidak terlalu kesulitan untuk menemukan makanannya dan tidak terlalu mengalami kesalahan seperti sebelumnya. Dan pada ulangan ke-3 mencit kembali mengalami kesalahan yang kurang baik tetapi tidak seburuk ulangan ke-1. Ini mungkin disebabkan karena mencit terjadi gangguan fungsi kognitis atau mungkin mencit mengalami kelelahan karena tiap pengujian mencit tidak beristirahat. Gangguan fungsi kognitif adalah suatu gangguan ke arah demensia yang diperlihatkan dengan adanya gangguan berhitung, bahasa, daya ingat semantic (kata-kata), dan pemecahan masalah (problem solving). Gangguan fungsi kognitif untuk jangka panjang jika tidak dilakukan pananganan yang optimal akan meningkatkan insidensi demensia (Herlina, 2010).
    Setelah dilakukan uji labirin maze dan terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh mencit, berdasarkan grafik diatas kita lihat seberapa lama ia dalam menemukan makanannya. Pada ulangan ke-1 terlihat begitu cepat ia dalam menemukan makanannya, walaupun jika mengacu pada grafik sebelumnya ia banyak sekali mengalami kesalahan dalam menemukannya. Hal ini menunjukan bahwa kesalahan tidak sejalan dengan durasi yang dibutuhkan mencit untuk mencapai sasaran. Pada ulangan ke-2 mencit sedikit lebih lama dari sebelumnya walaupun jika ditinjau kembali grafik sebelumnya menunjukkan lebih sedikit mengalami kesalahan daripada ulangan yang lain. Mungkin karena kelelahan yang mengakibatkan ia lama sekali dalam menemukan makananya, atau mungkin fungsi kognitifnya sedikit kurang baik. Pada ulangan ke-3 mencit sangat sangat lama dalam menemukan makanannya sejalan dengan tingkat kesalahan yang banyak sekali dilakukan mencit pada ulangan ke-3 ini. Hal ini berarti durasi yang lama dalam menemukan makanannya disebabkan karena banyaknya kesalahan yang dilakukan. Kemungkinan juga itu disebabkan karena stimulus (pakan mencit) kurang menarik perhatian dan memancing mencit. Kemungkinan lain mencit tidak merasa lapar dan merasa nyaman ketika berada dalam maze (yuan, 2004). Insting dari stimulus pun tidak begitu memancing hewan tersebut. Aliran udara yang membawa stimulus teracak akibat bentuk maze, sehingga kurang memancing mencit tersebut (Yandris, 2009).
   Stimulus berupa makanan akan mengaktivasi sirkuit neural yang mendeteksi kehadiran stimulus tersebut. Sirkuit neural selanjutnya akan mengontrol perilaku tertentu dari hewan sebagai respon dari stimulus yang ditangkap. Respon tersebut dalam hal ini adalah perilaku memasuki maze. Ketika tikus memasuki maze, mencit akan mendapatkan makanan. Makanan ini selanjutnya akan berfungsi sebagai stimulus penguatan bagi sistem penguatan memori tikus untuk semakin mengontol perilaku tikus, hal tersebut dapat memperkecil kesalahan yang dilakukan mencit. Dan dari hasil percobaan diatas menunjukan bahwa stimulus makanan tidak terlalu berpengaruh untuk mempercepat durasi dan mengurangi kesalahan yang dilakukan mencit untuk mencapai sasaran. Selain stimulus makanan, stimulus visual berupa situasi eksternal dan internal lingkungan labirin juga mempengaruhi ingatan tikus. Stimulus akan mengakibatkan terbentuknya sinaps-sinaps baru, mengenai lokasi pada maze yang berisi makanan. Jika pada pengamatan kemarin dapat disimpulkan bahwa stimulus berupa visual ini berpengaruh dalam proses menemukan makanannya. Karena ia dapat menangkap lebih baik suara-suara yang kami keluarkan untuk mengarahkannya.
   Uji yang kedua adalah uji menggunakan water maze yang menggunakan tangga sebagai indicator goal atau finish. Seperti uji sebelumnya mencit harus menemukan finish sebagai tanda bahwa ia memiliki fungsi kognitif yang baik.
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa ulangan ke-1 mendapatkan hasil paling banyak diantara ulangan yang lain. Hal ini terjadi karena mungkin mencit belum bisa menyesuaikan diri terhadap air yang ada didalam uji water maze. Jadi ia hanya memutar-mutar atau bahkan menabrak kembali dinding kaca water maze dan sulit untuk menemukan dimana letak tangganya. Pada ulangan ke-2 mencit melakukan kesalahan yang setengah lebih sedikit daripada sebelumnya. Kemungkinan setelah mengalami proses adaptasi terhadap air dan proses menemukan tangga yang cukup memakan waktu akhirnya mencit dapat mengingat dengan baik kejadian yang ia alami sebelumnya. Pada ulangan ke-3 terlihat bahwa terjadi lagi banyak kesalahan seperti ulangan ke-1 tapi tidak sebanyak ulangan ke-1. Hal ini terjadi kemungkinan karena ia lelah berenang dan sudah mulai malas menemukan tangganya sehingga ia banyak melakukan kesalahan.
            Berdasarkan pada grafik diatas terlihat bahwa durasi yang dibutuhkan sangat lama. Pada ulangan ke-1 durasi yang dibutuhkan untuk menemukan tangga goal lumayan lama, sangat sejalan dengan kesalahan yang sangat banyak dilakukan mengacu pada grafik sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada ulangan ke-1 memakan durasi yang lumayan lama karena terdapat kesalahan yang sangat banyak pada mencit ini dan juga pada mencit pertama belum terjadi proses belajar. Pada ulangan ke-2 terlihat durasi yang lebih lama dari sebelumnya padahal jika mengacu pada grafik sebelumnya kesalahan yang dilakukan oleh mencit paling sedikit diantara yang lain. Padahal jika ditinjau lebih jauh mencit ini sudah mengalami proses pembelajaran tetapi masih lama dalam menemukan titik goalnya, kemungkin fungsi kognitif kurang bekerja dengan baik. Pada ulangan ke-3 terlihat durasi yang lumayan sedikit bila dibandingkan dengan kedua ulangan yang lain tetapi banyak melakukan kesalahan. Tetapi setidaknya ia dapat mengingat cepat dimana letak tangganya dengan cukup baik walaupun mencit ini melakukan banyak kesalahan. Kemungkinan ia sudah sangat lelah berenang sehingga konsentrasinya tidak lagi sama seperti pada uji awal.
   Seperti pada uji labirin sebelumnya, pada uji water maze juga mencit lebih dapat menangkap stimulus visual daripada stimulus yang lain walaupun tetap saja durasinya tidak sebentar. Stimulus akan mengakibatkan terbentuknya sinaps-sinaps baru, mengenai lokasi pada maze yang berisi makanan. Mencit dapat mengingat tempat karena di bagian hippocampal-nya terdapat “place cells” yaitu suatu neuron-neuron yang menjadi aktif ketika hewan berada lokasi tertentu. Ketika mencit mengeksplorasi maze,  placecells  merespon dengan menentukan tempat yang dihubungkan dengan objek yang berada di luar lingkungan maze. Sel neuron tetap menjaga jaras hubungan antar stimulus dalam lingkungan yang menetapkan lokasi hewan tersebut berada. Jaringan neuron tersebut juga menerima info dari pergerakan hewan (tikus). Dapat dikatakan bahwa mekanisme ini menyebabkan mencit mampu membuat semacam “peta” yang digunakan untuk memetakan lokasi pada maze yang berisi makanan. Ketika mencit kemudian menemukan kembali lokasi pada maze yang berisi makanan, “peta” akan digunakan kembali, sehingga memperkuat sinaps-sinaps yang sebelumnya telah dibentuk. Demikian selanjutnya sehingga mencit yang digunakan pada penelitian ini akhirnya mampu mengumpulkan makanan dengan lebih efektif, yaitu dengan mengurangi kesalahan yang diakukan mencit.
Hal tersebut diatas merupakan proses belajar. Belajar merupakan proses yang didasarkan pada pengalaman sehingga mengubah sistem syaraf dan perilaku. Perubahan yang terjadi pada sistem syaraf dan perilaku tersebut dinamakan memori (ingatan). Belajar memerlukan kemampuan ingatan. Ingatan adalah kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi dimasa mendatang. Secara fisiologis ingatan adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai aktivitas neural berikutnya. Perubahan ini kemudian membentuk jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasanneural otak. Jaras-jaras ini penting karena begitu ia menetap atau ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan (Irwanto, 1991).
    Setelah dilakukan dua uji diatas didapatkan hasil yang kami konfersikan kedalam SPSS dengan menggunakan uji Tukey dan uji Duncan dan mendapatkan beberapa hasil signifikan. Pada tabel 2. Didapatkan hasil 0.805 yang artinya >0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada kesalahan dengan uji labirin maze. Tabel 3. Pada lampiran menunjukkan bahwa nilai harmonic mean yang dihasilkan dari setiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama. Hasil uji menunjukan mencit 1, 2, dan 3 berada dalam kolom subset yang sama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketiga mencit tidak memiliki perbedaan yang nyata.
Tabel 4. Pada lampiran menunjukkan hasil signifikan sebesar 0.935 yang artinya >0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata dalam durasi pada uji labirin maze. Pada tabel 5. Lampiran terlihat nilai harmonic mean berapa dalam kolom subset yang sama. Hal ini sama seperti hasil Tukey dan Duncan pada kesalahan dengan uji labirin maze diatas. Sedangkan pada uji water maze didapatkan hasil 0.149 yang >0,05 pada tabel 7. Yang merupakan hasil ANOVA dari kesalahan uji water maze. Pada uji Tukey dan Duncan didapatkan nilai harmonic mean yang sama dengan uji yang sebelumnya yang terdapat pada tabel 8. yaitu tidak berbeda nyata karena berada dalam kolom subset yang sama.
            Hasil uji ANOVA pada durasi dengan uji water maze yang berada pada lampiran tabel 9. didapatkan hasil signifikan 0.824 yang >0,05 hasil ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada uji ini. Selanjutnya pada tabel terakhir yaitu tabel 10. Didapatkan hasil yang sama pula seperti hasil uji Tukey dan Duncan sebelum-sebelumnya. Tidak adanya perbedaan yang nyata karena terdapat pada kolom subset yang sama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketiga mencit tidak memiliki perbedaan yang nyata.

     BAB V
     KESIMPULAN
            Kesimpulan dari hasil uji memori pada mencit yaitu bahwa mencit tidak melakukan proses belajar dan pada praktikum kali ini terjadi gangguan kognitif. Ingatan yang ada pada tikus adalah ingatan spasial, dimana tikus dapat mengingat lokasi lengan-lengan yang berisi makanan. Ingatan terjadi karena adanya penguatan sinaptik pada sinaps-sinaps yang telah dibentuk sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu ahmadi, haji. “Psikologi umum”  2009 : 74
Amori. 1996. Mus musculus. [www.iucnredlist.org] <diakses pada tanggal 20 november 2013>
Bimo walgito, pengantar psikologi umum hal : 148
Herlina. 2010. Pengaruh Triterpen Total Pegagan (Centella asiatica(L) Urban) Terhadap Fungsi Kognitif Belajar dan Mengingat pada Mencit Jantan Albino (Mus musculus).  Jurnal Penelitian Sains. Universitas Sriwijaya.
Irwanto. 1991. Psikologi Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nowakowski, R.S. 1999 Memory : A fundamental cognitive process that allows us to acquire and retain information about the world and our experiences within it. J Neurosci.
Yandris, T, M. 2009. Pengaruh Pemberian Minyak Asiri Terhadap Daya Ingat Tikus Putih (Mus musculus). Jurnal biomedis. Jakarta.

LAMPIRAN
·     Uji Dengan Menggunakan Labirin Maze
Kelompok
Individu
Ulangan ke-
I
II
III
Durasi
Kesalahan
Durasi
Kesalahan
Durasi
Kesalahan

1
100
6
30
3
5
0
1
2
88
9
83
9
107
8

3
68
10
11
0
79
12

1
10
1
53
12
164
17
2
2
41
5
126
1
48
5

3
51
6
183
6
99
8

1
93
7
8
3
24
3
3
2
227
15
31
2
167
12

3
57
5
334
7
264
9

1
73
7
13
1
34
4
4
2
15
0
12
1
18
3

3
3
0
18
0
17
3

1
223
23
93
18
130
4
5
2
223
11
118
11
196
9

3
68
7
290
17
57
3

1
51
5
21
3
207
8
6
2
162
1
234
10
198
4

3
99
7
29
0
16
1
Tabel 1. Hasil pengamatan menggunakan labirin maze

Kesalahan
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
12.333
2
6.167
0.218
0.805
Within Groups
1441.667
51
28.268


Total
1454.000
53



Tabel 2. Tabel kesalahan dengan Uji ANOVA


Ulangan
N
Subset for alpha = 0.05

1
Tukey HSDa
2
18
5.7778
3
18
6.2778
1
18
6.9444
Sig.

0.789
Duncana
2
18
5.7778
3
18
6.2778
1
18
6.9444
Sig.

.540
Tabel 3. Tabel kesalahan dengan Uji Tukey dan Duncan

Durasi
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
988.111
2
494.056
0.067
0.935
Within Groups
376224.722
51
7376.955


Total
377212.833
53



Tabel 4. Tabel durasi dengan Uji ANOVA


Ulangan
N
Subset for alpha = 0.05

1
Tukey HSDa
1
18
91.7778
2
18
93.7222
3
18
101.6667
Sig.

.936
Duncana
1
18
91.7778
2
18
93.7222
3
18
101.6667
Sig.

.748
Tabel 5. Tabel durasi dengan Uji Tukey dan Duncan

·     Uji Dengan Menggunakan Water Maze
Kelompok
Individu
Ulangan ke-
I
II
III
Durasi
Kesalahan
Durasi
Kesalahan
Durasi
Kesalahan

1
15
2
10
2
13
1
1
2
30
5
4
1
5
1

3
5
2
5
2
16
8

1
19
2
1
1
20
5
2
2
26
7
8
3
8
1

3
9
2
12
5
7
2

1
18
6
12
2
6
1
3
2
10
2
4
1
32
6

3
8
2
4
0
5
2

1
39
4
36
2
26
3
4
2
68
7
11
0
37
3

3
40
1
200
5
12
3

1
15
4
32
7
13
4
5
2
41
8
16
2
22
5

3
5
1
14
2
45
8

1
8
1
5
0
8
2
6
2
4
3
1
0
2
0

3
11
1
4
0
4
1
           Tabel 6. Hasil pengamatan menggunakan water maze

Kesalahan
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
20.037
2
10.019
1.975
0.149
Within Groups
258.722
51
5.073


Total
278.759
53



Tabel 7. Tabel kesalahan dengan Uji ANOVA


Ulangan
N
Subset for alpha = 0.05

1
Tukey HSDa
2
18
1.9444
3
18
3.1111
1
18
3.3333
Sig.

.164
Duncana
2
18
1.9444
3
18
3.1111
1
18
3.3333
Sig.

.086
Tabel 8. Tabel kesalahan dengan uji Tukey dan Duncan

Durasi
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
329.037
2
164.519
0.195
0.824
Within Groups
43079.500
51
844.696


Total
43408.537
53



Tabel 9. Tabel durasi dengan uji ANOVA


Ulangan
N
Subset for alpha = 0.05

1
Tukey HSDa
3
18
15.6111
1
18
20.6111
2
18
21.0556
Sig.

.841
Duncana
3
18
15.6111
1
18
20.6111
2
18
21.0556
Sig.

.601

Tabel 10. Tabel durasi dengan uji Tukey dan Duncan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar