Laporan
Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan
LABORATORIUM DAN
ORGANISASI KULTUR JARINGAN DAN LARUTAN STOK

Disusun
oleh :
Nama : Fifin
Nurcholis
NIM :
1211702026
Tanggal
Praktikum : 8
November 2013
Tanggal
Laporan : 15
November 2013
Tempat
Praktikum : Balai Pengembangan
Benih Hortikultura dan Aneka
Tanaman PASIR BANTENG
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi
pertanian adalah kebutuhan bibit yang semakin meningkat. Bibit dari suatu
varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit
tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak. Penyediaan bibit yang
berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu teknologi harapan yang
banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui
teknik kultur jaringan. Kultur jaringan (Tissue culture)
adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman
kecil yang mempunyai sifat sama dengan
induknya, Juga Merupakan metode untuk mengisolasi
bagian tanaman seperti protoplas, sel, jaringan dan organ (daun, batang, akar,
biji, bunga, buah) dan menumbuhkan dalam kondisi aseptik (Rahardja 1989).
Menurut Nugroho dan Sugito (2004) Bagian tanaman yang
akan dikulturkan disebut eksplan. Jadi eksplan bisa berupa mata tunas, anthera,
batang, daun dan akar yang masih muda dan terdiri dari sel-sel meristematis,
yang mana sel-selnya masih aktif membelah-belah dan apabila dikulturkan pada
media tumbuh yang sesuai secara in vitro, maka eksplan tersebut
akan tumbuh dan berkembang biak menjadi banyak.
Media merupakan suatu bahan yang penting untuk
pertumbuhan kultur. Media untuk pertumbuhan kultur dapat berupa media padat dan
media cair. Media padat biasanya digunakan untuk mengkulturkan kalus kemudian
diinduksi menjadi tanaman lengkap, sedangkan media cair biasanya digunakan
untuk kultur sel. Komponen yang penting dalam suatu media adalah senyawa
anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik
(Yuwono 2008).
1.2 Tujuan
· Untuk
mengetahui alat dan bahan serta ruangan yang digunakan dalam melakukan kultur
jaringan
· Dapat
menggunakan alat dan bahan yang digunakan dalam kultur jaringan
· Mampu
membuat larutan stok berdasarkan takaran pembuatannya
II. DASAR TEORI
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ , serta
menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Sany, 2007).
Suatu keuntungan yang diperoleh dalam aplikasi teknologi kultur jaringan
dalam memperbanyak tanaman krisan adalah upaya untuk memodifikasi generik
tanaman tersebut. Rekayasa genetik tanaman krisan dapat dilakukan dengan
menggabungkan teknologi nuklir dengan teknik kultur jaringan. Selain itu,
kultur jaringan in vitro terbukti sangat efisien digunakan untuk pemeliharaan
sumber genetik, bemilai ekonomi tinggi karena tidak memerlukan tempat yang luas
dan dapat mengurangi resiko kerusakan oleh hama dan penyakit serta memudahkan
pengawasan dan pengelolaan (Anderson, 2000).
Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan
peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume
aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk
kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang
persiapan 2.) Ruang transfer 3.)
Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer
untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop
binokuler, dan shaker (Barahima, 2011). Peralatan yang mutlak
dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan yaitu : timbangan analitik, destilator, pH meter, autoclaf, laminar air flow, dan
gelas-gelas standar. Peralatan ini kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada
pemakainya atau menimbulkan kerusakan apabila salah prosedur dalam
mengoperasikannya (Barahima, 2011).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan
dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Anonim, 2011).
.
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa
medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang
selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair
biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima
komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur
tumbuh dan suuplemen organik (Adnan, 2011).
Sebelum membuat media, terlebih dahulu
dilakukan pembuatan larutan stok. Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk
memudahkan pengambilan bahan-¬bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam
jumlah kecil, tak perlu sering menimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan
stok disimpan di dalam lemari pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah
terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan
larutan stok harus dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu
pekat akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan stok yang
terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani, 2000).
Hormon adalah bahan organik yang
disintesa pada jaringan tanaman. Hormon diperlukan dalam konsentrasi yang
rendah untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak molekul
sintetis organik yang telah dikenal memiliki aktivitas serupa hormon. Senyawa
sintetis dan hormon yang secara alami ada, dikenal dengan sebutan zat pengatur
tumbuh (Heddy, 1991). Zat pengatur
tumbuh (ZPT) yang digunakan pada media disimpan dalam gelap pada refrigerator
sebagai larutan stok. Sedikit volume (misalnya 50 mL) larutan stok mengandung 1
mg mL-1 ZPT dapat disimpan untuk beberapa lama. Kestabilan zpt bervariasi:
kinetin dan IAA tidak stabil pada kondisi cahaya, sehingga biasanya disimpan
pada botol berwarna gelap. Juga, IAA kehilangan aktivitasnya pada larutan aqueous
sehingga larutan stok IAA sebaiknya tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama
(Gunawan , 2001).
III. METODE
3.1 Alat dan Bahan
|
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
|
1.
Alat sterilisasi
|
Alkohol
|
Secukupnya
|
|
|
Autoclave
|
3
buah
|
Sabun
|
Secukupnya
|
|
Oven
|
2
buah
|
Air
kran
|
Secukupnya
|
|
Washtafel
|
1
buah
|
Betadine
|
Secukupnya
|
|
Kompor
gas
|
1
buah
|
Kloro
|
Secukupnya
|
|
Hotplate
dan magnetic stirer
|
|
Aquadest
|
Secukupnya
|
|
Vacum
cleaner
|
1
buah
|
Stok
A
|
|
|
2.
Alat Disersi
|
NH4NO3
|
8,25
gram
|
|
|
Pinset
|
Secukupnya
|
Stok
B
|
|
|
Pisau
|
Secukupnya
|
KNO3
|
9,5
gram
|
|
Gunting
|
Secukupnya
|
Stok
C
|
|
|
Alat-alat
gelas
|
Secukupnya
|
H3BO3
|
0,124 gram
|
|
Spatula
|
Secukupnya
|
KH2PO4
|
3,40 gram
|
|
Na2 MoO4
2H2O
|
0,0005 gram
|
||
|
Scalpel
|
Secukupnya
|
Kl
|
0,0166 gram
|
|
CoCl2 6H2O
|
0,0005 gram
|
||
|
Stok
F
|
|||
|
Neraca
analitik digital
|
1
buah
|
Na2EDTA
/ Tritiplex
|
0,746 gram
|
|
FeSO4
7H2O
|
0,556 gram
|
||
3.2
Prosedur Kerja
· Pembuatan
Larutan Stok
1. Pembuatan
larutan stok A
NH4NO3
ditimbang sebanyak 8,25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam botol 100 mL
kemudian ditambahkan aquadest sampai bahan terendam, setelah homogen, tambahkan
kembali aquadest sampai tanda batas.
2. Pembuatan
larutan stok B
KNO3
ditimbang sebanyak 9,5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam botol 100 mL
kemudian ditambahkan aquadest sampai bahan terendam, setelah homogen, tambahkan
kembali aquadest sampai tanda batas.
3. Pembuatan
larutan stok C
H3BO3 ditimbang
sebanyak 0,124 gram, ditambah KH2PO4
3,40 gram, ditambah Na2 MoO4
2H2O sebanyak 0,005
gram, ditambah Kl sebanyak
0,0166 gram, lalu
ditambahkan CoCl2 6H2O sebanyak 0,0005 gram.
Kemudian dimasukkan ke dalam botol 100 mL kemudian ditambahkan aquadest sampai
bahan terendam, setelah homogen, tambahkan kembali aquadest sampai tanda batas.
4. Pembuatan
larutan stok F
Na2EDTA
/ Tritiplex ditimbang sebanyak 0,746
gram, ditambah FeSO4 7H2O sebanyak 0,556 gram.
Kemudian dimasukkan ke dalam botol 100 mL kemudian ditambahkan NaOH sebagai
pelarut sampai bahan terendam, lalu
homogenkan, tambahkan kembali aquadest sampai tanda
batas. Lalu taruh pada Hot plate stirrer sampai larutan homogen dan berubah warna
menjadi kekuningan. Setelah itu bungkus dengan menggunakan alumunium foil
sampai terbungkus seluruh bagiannya.
IV. HASIL PENGAMATAN
|
Gambar
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
Hasil
|
Keterangan
|
![]() |
Autoclave
automatis
Berada
di ruang persiapan
|
![]() ![]() |
Autoclave
manual
Autoclave-semi
manual
Dan autoklaf
otomatis
Berada
di ruang persiapan
|
![]() |
Ruang
penyimpanan alat
|
![]() |
Laminar
Berada
pada ruang tanam
|
![]() |
Laminar
skala rumahan
|
![]() |
Rak
penyimpanan kultur
Berada
di ruang inkubasi
|
![]() |
Tempat
penyimpanan eksplan, media dan larutan stok
|
![]() |
Penimbangan
bahan untuk pembuatan larutan stok
|
![]() |
Menghomogenkan
larutan stok
|
![]() |
Hasil
pembuatan larutan stok
|
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan
praktikum pengenalan alat-alat yang ada pada kultur jaringan dan pembuatan
media stok untuk kultur jaringan. Alat – alat yang kami pakai dalam praktikum
kultur jaringan ini adalah autoklaf, kompor gas, hot plate and stirrer,
timbangan analitik, botol jam, botol saos, tabung reaksi, kulkas, cawan petri,
botol kultur, Laminar, shaker. Autoklaf disini berfungsi sebagai alat untuk
sterilisasi alat-alat dan juga bahan yang akan digunakan untuk mengkultur,
autoklaf disini juga terdapat dalam 3 tipe yang berbeda yaitu autoklaf manual,
autoklaf otomatis dan autoklaf semiotomatis. Untuk fungsi sendiri ketiga
autoklaf ini memiliki fungsi yang sama satu sama lain, hanya saja waktu yang
digunakan tidak sama antar satu autoklaf dengan yang lain. Autoklaf otomatis
dan semiotomatis cenderung lebih cepat dibandingkan autoklaf manual, karen
autoklaf manual biasanya terlebih dahulu dipanaskan sekitar 1 – 1,5 jam untuk
memanaskannya hingga tekanan 121oC.
Kompor gas berfungsi untuk memasak
bahan untuk dijadikan media kultur jaringan. Berguna juga untuk sarana
pemakaian autoklaf manual, atau hal lainnya. Hot plate and stirrer berfungsi
untuk menghomogenkan suatu larutan dengan lebih cepat dan lebih homogen
sekaligus sambil memanaskan bahan dari larutan tersebut. Timbangan analitik
berfungsi untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media
atau apapun. Botol jam, botol saos, cawan petri, tabung reaksi dan botol kultur
digunakan sebagai tempat penanaman tanaman yang akan dikultur. Kulkas berfungsi
sebagai tempat penyimpanan jangka panjang larutan larutan yang menjadi stok
untuk pembuatan media kultur. Laminar berfungsi sebagai tempat penanaman kultur
agar lebih steril. Shaker berfungsi sebagai pengocok larutan.
Selain itu terdapat beberapa ruangan
yang biasanya ada pada laboratorium kultur jaringan, diantaranya : ruang
preparasi, ruang timbang, ruang penanaman, ruang alat, dan ruang inkubasi. Ruang
yang pertama kami datangi adalah ruang preparasi, ruangan ini adalah ruangan
untuk kegiatan persiapan segala hal mengenai kultur jaringan seperti
sterilisasi, penyiapan bahan bahan, proses memasak media, sampai proses pencucian
alat-alat dilakukan dalam ruang preparasi. Didalam ruangan preparasi ini
terdapat banyak sekali alat-alat, seperti oven, hot plate and stirrer,
autoklaf, kompor gas, wastafle, cawan petri, dan alat alat lain.
Selanjutnya adalah ruang timbang, ruangan
ini merupakan ruangan tempat penyimpanan bahan-bahan yang akan dipakai untuk
pembuatan media atau larutan stok atau yang lainnya. Bahan-bahan kimia disimpan
dalam ruangan ini, beberapa bahan yang akan digunakan praktikum juga disimpan
disini. Termasuk diantaranya sill plastic, alumunium foil, agar-agar dan
lain-lain. Lalu setelah itu ruangan yang kami datangi adalah ruang penanaman. Ruangan
ini biasanya dipakai sebagai tempat untuk penanaman kultur, perbanyakan kultur,
dan pensterilan media. Didalam ruangan ini terdapat beberapa laminar air flow
sebagai tempat perbanyakan dan penanaman kultur tersebut. Selain itu disini
juga terdapat AC sebagai media pendingin untuk memudahkan proses penanaman.
Setelah itu adalah ruangan alat,
didalam ruangan ini terdapat banyak sekali alat yang akan digunakan untuk
sarana praktikum kultur jaringan. Disini disimpan beberapa alat yang akan
digunkan untuk persiapan praktikum. Yang terakhir adalah ruangan inkubasi,
ruangan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil dari penanaman. Hasil
hasil kultur yang sebelumnya sudah ditanam disimpan didalam ruanagan ini,
didalam ruanagan ini suhu dan kelembabannya diatur seefektif mungkin untuk
lebih mengefektifkan ruangan tersebut karena tanaman tanaman didalamnya
membutuhkan suhu dan kelembaban yang sesuai.
V. KESIMPULAN
Didalam
laboratorium yang ada pada balai Pengembangan
Benih Hortikultura dan Aneka Tanaman Pasirbanteng Sumedang terdapat
beberapa ruangan. Yaitu : ruang preparasi, ruang timbang, ruang penanaman,
ruang alat, dan ruang inkubasi. Lalu alat-alat yang terdapat didalamnya adalah
autoklaf, kompor gas, hot plate and stirrer, timbangan analitik, botol jam,
botol saos, tabung reaksi, kulkas, cawan petri, botol kultur, Laminar, shaker.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson. 2000. Effect of Level
and Duration Suplemantary Light on Development of Chrysanthemum. Hort.
Abstract. 61(92): 148-155.
Anonim, 2011.Pengenalan
Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian.
Barahima Abbas, 2011. Prinsip
Dasar Teknik Kultur Jaringan. Alfabeta. Bandung.
Gunawan,L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan
Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Heddy, S. 1991. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV Rajawali.
Hendaryono D. S. dan Wijayanti . 2000. Pedoman Kultur Jaringan. Penebar Swadaya
: Jakarta.
Nugroho A dan Sugito H.
2004. Teknik Kultur Jaringan.
Penebar Swadaya: Jakarta
Rahardja PC. 1989. Kultur Jaringan: Teknik Perbanyakan
Tanaman secara Modern. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sany. 2007. Pembiakan
Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia. 213 hal.
Universitas
Hasanuddin.
Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada Press.











Tidak ada komentar:
Posting Komentar